CINTA sebatas sebatang cokelat? | Wajarlah bila ia hilang dilahap nafsu | Bila tidak, ia pun akan lekang digerogoti masa.
Wajar pula dia
bisa ditetak dengan pisau selingkuh | Kenapa tidak? Toh cinta sebatas
sebatang cokelat.
Atau bila cinta
terbatas layaknya setangkai mawar merah impor, | wajar pula waktu
meluruhkan merahnya, meninggalkan kering kelopak tanpa nyawa
Wajar pula bila
gairah cinta juga impor dari Barat sana | Cinta ala bunga mawar yang mekar
hanya untuk sehari atau bahkan hanya untuk semalam?
Begitulah cinta
setangkai mawar | Habis dicium, habis disentuh, habis dipreteli satu demi
satu kelopaknya, habis pula manfaatnya.
Habis indah wangi
mawar | Yang tinggal adalah getir pedih penyesalan | Kenapa ia harus
tercabut dari tanah untuk sebuah pengorbanan yang sia-sia.
Bagaimana bila ia
bunga kertas atau bunga plastik yang katanya takkan habis dimakan waktu? |
Betul ia bertahan, namun cinta akan jadi sepalsu tampaknya.
Wajar bila cinta
itu bagai bunga palsu yang tampak cantik | Namun tiada mewangi dan tak
mewujud, penuh kepalsuan khas orang pacaran.
Bila cinta
sebatang coklat atau setangkai bunga, | ia bisa dibayar pula dengan
sejumlah harga | Tak peduli siapa yang meminta.
Tapi tidak bagi
seorang Mukminah, cinta punya mahar | Pernikahan yang hanya dapat diberikan
oleh hamba-hamba Allah ikhlas nan taat.
Bagi mereka,
cinta adalah amanaah yan harus diberikan kepada yang berhak, | yaitu yang
berani mendatangi walinya, bukan hanya dirinya.
Bagi mereka,
cinta adalah tanggung jawab yang hanya diserahkan kepada yang ahlinya |
yang dapat membimbing mereka ke halaman surga.
Bagi mereka,
cinta adalah pengorbanan yang harus ditebus dengan komitmen dan kepastian,
| bukan keraguan dan kebimbangan khas ahli maksiat pacaran.
Bagi mereka,
cinta memang manis madu dunia, namun juga lebih dari itu. | Dia adalah
tunggangan menuju keridhaan Allah Tuhan Semesta.
Tidak pula cinta
ndeso Romeo-Juliet menjadi pilihan para Mukmin. | Apalagi kisah sontoloyo
Laila Majnun, atau epik lain yang tak mendidik.
Rayuan para
Mukmin adalah ayat-ayat Al-Quran, gombal mereka adalah seruan taat kepada
Allah, | dan rindu mereka adalah dakwah di jalan Allah.
Bagi Mukmin,
pacaran bukan tanda dewasa,| bukan pembuktian laki-laki, mereka tak perlu
semuanya. | Bagi mereka, dewasa adalah berjuang dalam islam.
Bagi mukmin,
menundukkan pandangan adalah hak Allah kepada wanita yang harus ia penuhi |
dan sabar adalah jalan yang harus ia lalui.
Bagi
Mukmin-Mukminah, cinta bukan sebatang cokelat-setangkai mawar. | Bagi
mereka, cinta berarti perlawanan, perjuangan, dengan kata atau pena.
Tanpa lelah,
selangkah demi selangkah, terus meretas jalan kemenangan Islam. | Sampai
satu saat Allah berkenan mewujudkan cinta mereka.
Sumber:
Siauw, Felix Y.
2013. Udah Putusin Aja!. Bandung:Mizania.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar