Senin, 02 Juli 2012

Teori Asam Basa

Reaksi dalam larutan terdiri dari reaksi asam, basa, reaksi pengendapan, dan reaksi oksidasi. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Sifat larutan tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam basa, yaitu zat-zat warna yang akan menghasilkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa dan dapat menunjukkan pH larutan. Konsep yang cukup memuaskan mengenai asam dan basa pertama kali dikemukakan oleh Svante August Arrhenius (1859-1927) pada tahun 1884.


1. TEORI ASAM-BASA ARHENIUS


    a. Asam
       Menurut Arhenius, asam adalah zat yang larut dalam air yang melepaskan       ion H+ .
    b. Basa
        Menurut Arhenius. basa adalah senyawa dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH- ). Jadi OH-  merupakan pembawa sifat basa.


Asam mempunya rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan beberapa produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu. Sebaliknya, basa mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk menguji asam dan basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.


Untuk mengetahui suatu senyawa termasuk asam atau basa tanpa mencicipi, kita lakukan dengan menggunakan indikator kertas lakmus. Dalam larutan asam , lakmus biru berubah menjadi merah, sedangkan lakmus merah tetap lakmus merah. Dalam larutan basa, lakmus merah berubah menjadi biru, sedangkan lakmus biru tetap biru. Jika kedalam suatu larutan kita masukkan kertas lakmus merah atau lakmus biru ternyata tidak terjadi perubahan warna kertas lakmus, maka larutan tersebut bersifat netral.


2. TEORI ASAM-BASA BRONSTED LOWRY


    Johannes N. Bronsted dan Thomas M. Lowry yang bekerja sendiri-sendiri, pada 1923 mengajukan konsep asam basa berdasarkan pemindahan proton (H+). Asam merupakan donor proton dan basa merupakan akseptor elektron.


Asam Bronsted-Lowry = Donor proton
Basa Bronsted-Lowry  = Akseptor proton


Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam itu. Demikian juga suatu basa, setelah menyerap satu proton akan membentuk seperti spesi yang disebut asam konjugasi.
Asam " H+ + Basa Konjugasi
Basa + H " Asam Konjugasi
Teori asam basa Arhenius terbatas pada pelarut air. Konsep asam basa Bronsted-Lowry tidak terbatas pada pelarut air, tapi juga menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut air atau bahkan reaksi tanpa pelarut. 
Banyak molekul atau ion yang dapat memiliki sifat sebagai asam dan basa, molekul atau ion tersebut disebut sebagai zat amfoter atau ampripotik. Ampripotik artinya memiliki kemampuan untuk memberi dan menerima proton  (H+). Amfoter memiliki arti yang lebih umum yakni memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai asam atau basa. Istila yang lebih umum digunakan adalah Amfoter. Contoh zat Amfoter adalah HCO- dan H2O.
  • H2" H+ + OH-
  • HCO3  " H+ + CO3-



 3. TEORI ASAM-BASA LEWIS

Gilbert N. Lewis mendefinisikan asam dan basa berdasarkan serah terima pasangan elektron :
Asam : Akseptor pasangan elektron
Basa : Donor pasangan elektron












Konsep asam basa Lewis dapat menjelaskan reaksi-reaksi yang bernuansa asam basa meskipun tidak melibatkan proton ion (H+). Reaksi asam-basa menurut Bronsted-Lowry :

NH3(aq) + HCl(aq)  " NH4+(aq) + Cl-(aq)
 Oleh Lewis , ion H dapat terikat pada molekul NH3 karena molekul NH3  mempunyai pasangan elektron bebas yang dapat digunakan bersama dengan ion H+ tersebut, yaitu dengan ikata kovalen koordinat.
H3N + H " NH4+
AlCl3 + Cl-  " AlCl4



Tidak ada komentar:

Posting Komentar