Kamis, 09 Januari 2014

Biografi Adi Purnomo


 
ADI PURNOMO merupakan seorang arsitek penuh prestasi yang telah meraih berbagai penghargaan yang lahir di Yogyakarta, Indonesia pada tahun 1968. Mamo adalah panggilan akrab Arsitek Adi Purnomo. Adi Purnomo menimba ilmu diberbagai tempat. Pada tahun 1986 beliau menimba ilmu di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Indonesia dan berakhir pada tahun 1994. Tidak berhenti sampai disitu, pada tahun 2005 pun, Adi Purnomo melanjutkan untuk menuntut ilmu di Universitas Pelita Harapan dari tahun 2006 sampai dengan 2011.

Jika Cinta Hanya Sebatang Cokelat dan Setangkai Mawar



CINTA sebatas sebatang cokelat? | Wajarlah bila ia hilang dilahap nafsu | Bila tidak, ia pun akan lekang digerogoti masa.


Wajar pula dia bisa ditetak dengan pisau selingkuh | Kenapa tidak? Toh cinta sebatas sebatang cokelat.


Atau bila cinta terbatas layaknya setangkai mawar merah impor, | wajar pula waktu meluruhkan merahnya, meninggalkan kering kelopak tanpa nyawa


Wajar pula bila gairah cinta juga impor dari Barat sana | Cinta ala bunga mawar yang mekar hanya untuk sehari atau bahkan hanya untuk semalam?


Begitulah cinta setangkai mawar | Habis dicium, habis disentuh, habis dipreteli satu demi satu kelopaknya, habis pula manfaatnya.


Habis indah wangi mawar | Yang tinggal adalah getir pedih penyesalan | Kenapa ia harus tercabut dari tanah untuk sebuah pengorbanan yang sia-sia.


Bagaimana bila ia bunga kertas atau bunga plastik yang katanya takkan habis dimakan waktu? | Betul ia bertahan, namun cinta akan jadi sepalsu tampaknya.


Wajar bila cinta itu bagai bunga palsu yang tampak cantik | Namun tiada mewangi dan tak mewujud, penuh kepalsuan khas orang pacaran.


Bila cinta sebatang coklat atau setangkai bunga, | ia bisa dibayar pula dengan sejumlah harga | Tak peduli siapa yang meminta.


Tapi tidak bagi seorang Mukminah, cinta punya mahar | Pernikahan yang hanya dapat diberikan oleh hamba-hamba Allah ikhlas nan taat.


Bagi mereka, cinta adalah amanaah yan harus diberikan kepada yang berhak, | yaitu yang berani mendatangi walinya, bukan hanya dirinya.


Bagi mereka, cinta adalah tanggung jawab yang hanya diserahkan kepada yang ahlinya | yang dapat membimbing mereka ke halaman surga.


Bagi mereka, cinta adalah pengorbanan yang harus ditebus dengan komitmen dan kepastian, | bukan keraguan dan kebimbangan khas ahli maksiat pacaran.


Bagi mereka, cinta memang manis madu dunia, namun juga lebih dari itu. | Dia adalah tunggangan menuju keridhaan Allah Tuhan Semesta.


Tidak pula cinta ndeso Romeo-Juliet menjadi pilihan para Mukmin. | Apalagi kisah sontoloyo Laila Majnun, atau epik lain yang tak mendidik.


Rayuan para Mukmin adalah ayat-ayat Al-Quran, gombal mereka adalah seruan taat kepada Allah, | dan rindu mereka adalah dakwah di jalan Allah. 


Bagi Mukmin, pacaran bukan tanda dewasa,| bukan pembuktian laki-laki, mereka tak perlu semuanya. | Bagi mereka, dewasa adalah berjuang dalam islam.


Bagi mukmin, menundukkan pandangan adalah hak Allah kepada wanita yang harus ia penuhi | dan sabar adalah jalan yang harus ia lalui.


Bagi Mukmin-Mukminah, cinta bukan sebatang cokelat-setangkai mawar. | Bagi mereka, cinta berarti perlawanan, perjuangan, dengan kata atau pena.


Tanpa lelah, selangkah demi selangkah, terus meretas jalan kemenangan Islam. | Sampai satu saat Allah berkenan mewujudkan cinta mereka.



Sumber:
Siauw, Felix Y. 2013. Udah Putusin Aja!. Bandung:Mizania.