ADI PURNOMO merupakan seorang arsitek penuh prestasi yang telah
meraih berbagai penghargaan yang lahir di Yogyakarta, Indonesia pada tahun
1968. Mamo
adalah panggilan akrab Arsitek Adi Purnomo. Adi Purnomo menimba
ilmu diberbagai tempat. Pada tahun 1986 beliau menimba ilmu di Universitas
Gadjah Mada di Yogyakarta, Indonesia dan berakhir pada tahun 1994. Tidak
berhenti sampai disitu, pada tahun 2005 pun, Adi Purnomo melanjutkan untuk
menuntut ilmu di Universitas Pelita Harapan dari tahun 2006 sampai dengan 2011.
Kamis, 09 Januari 2014
Jika Cinta Hanya Sebatang Cokelat dan Setangkai Mawar
CINTA sebatas sebatang cokelat? | Wajarlah bila ia hilang dilahap nafsu | Bila tidak, ia pun akan lekang digerogoti masa.
Wajar pula dia
bisa ditetak dengan pisau selingkuh | Kenapa tidak? Toh cinta sebatas
sebatang cokelat.
Atau bila cinta
terbatas layaknya setangkai mawar merah impor, | wajar pula waktu
meluruhkan merahnya, meninggalkan kering kelopak tanpa nyawa
Wajar pula bila
gairah cinta juga impor dari Barat sana | Cinta ala bunga mawar yang mekar
hanya untuk sehari atau bahkan hanya untuk semalam?
Begitulah cinta
setangkai mawar | Habis dicium, habis disentuh, habis dipreteli satu demi
satu kelopaknya, habis pula manfaatnya.
Habis indah wangi
mawar | Yang tinggal adalah getir pedih penyesalan | Kenapa ia harus
tercabut dari tanah untuk sebuah pengorbanan yang sia-sia.
Bagaimana bila ia
bunga kertas atau bunga plastik yang katanya takkan habis dimakan waktu? |
Betul ia bertahan, namun cinta akan jadi sepalsu tampaknya.
Wajar bila cinta
itu bagai bunga palsu yang tampak cantik | Namun tiada mewangi dan tak
mewujud, penuh kepalsuan khas orang pacaran.
Bila cinta
sebatang coklat atau setangkai bunga, | ia bisa dibayar pula dengan
sejumlah harga | Tak peduli siapa yang meminta.
Tapi tidak bagi
seorang Mukminah, cinta punya mahar | Pernikahan yang hanya dapat diberikan
oleh hamba-hamba Allah ikhlas nan taat.
Bagi mereka,
cinta adalah amanaah yan harus diberikan kepada yang berhak, | yaitu yang
berani mendatangi walinya, bukan hanya dirinya.
Bagi mereka,
cinta adalah tanggung jawab yang hanya diserahkan kepada yang ahlinya |
yang dapat membimbing mereka ke halaman surga.
Bagi mereka,
cinta adalah pengorbanan yang harus ditebus dengan komitmen dan kepastian,
| bukan keraguan dan kebimbangan khas ahli maksiat pacaran.
Bagi mereka,
cinta memang manis madu dunia, namun juga lebih dari itu. | Dia adalah
tunggangan menuju keridhaan Allah Tuhan Semesta.
Tidak pula cinta
ndeso Romeo-Juliet menjadi pilihan para Mukmin. | Apalagi kisah sontoloyo
Laila Majnun, atau epik lain yang tak mendidik.
Rayuan para
Mukmin adalah ayat-ayat Al-Quran, gombal mereka adalah seruan taat kepada
Allah, | dan rindu mereka adalah dakwah di jalan Allah.
Bagi Mukmin,
pacaran bukan tanda dewasa,| bukan pembuktian laki-laki, mereka tak perlu
semuanya. | Bagi mereka, dewasa adalah berjuang dalam islam.
Bagi mukmin,
menundukkan pandangan adalah hak Allah kepada wanita yang harus ia penuhi |
dan sabar adalah jalan yang harus ia lalui.
Bagi
Mukmin-Mukminah, cinta bukan sebatang cokelat-setangkai mawar. | Bagi
mereka, cinta berarti perlawanan, perjuangan, dengan kata atau pena.
Tanpa lelah,
selangkah demi selangkah, terus meretas jalan kemenangan Islam. | Sampai
satu saat Allah berkenan mewujudkan cinta mereka.
Sumber:
Siauw, Felix Y.
2013. Udah Putusin Aja!. Bandung:Mizania.
Langganan:
Postingan (Atom)